Viral, Bocah Pandai Merajut Dimarahi & Benangnya Dibuang, Disuruh Main Bola, Netizen : Emang Bener ya, gak jarang pembunuh mimpi seorang anak datengnya dari orang terdekat
Seorang warganet membagikan kisah sedih yang dialami keponakannya. Bocah laki-laki itu itu dimarahi ibunya karena menekuni hobi merajut. Tak cukup mengomel, ibunya juga membuang benang dan perlengkapan rajutnya.
Baca Juga
- Dunia Pendidikan Berkabung, Uang Rakyat Mengalir Ke Konglomerat, Mendikbud Lecehkan NU Dan Muhammadiyah!
- Heboh Petugas Covid-19 Salat Jenazah Pakai Rukuk, Begini Reaksi Wakil Sekretaris Jenderal MUI!
- Baru Kemarin Sore Dijodoh-jodohkan Netizen, Rizky Billar Kepergok Apel ke Rumah Lesty Kejora, Suap-suapan Icipi Masakan sang Biduan : Kayaknya Kamu Pengin Nikah?
Kisah ini bermula dengan seorang netter yang menceritakan tangisan keponakannya dengan inisial T dua hari yang lalu. T dilarang melanjutkan hobi merajutnya karena ibunya ingin ia bermain sepak bola dan layang-layang seperti anak-anak lelaki lain.
Anak ini bisa dibilang sangat berbakat merajut. Ia minta diajari dan tekun berlatih bahkan hingga pukul 11 malam. Dalam dua minggu saja, kemajuannya sangat pesat.
T memang tak terlalu suka aktivitas menguras tenaga sehingga pelajaran olahraga pun agak tertinggal. Namun bukan berarti ia sama sekali tak mau beraktivitas fisik. Bibi dari T yang mencuitkan kisah ini menunjukkan anak ini berani terjun ke sungai untuk membersihkan sampah sebagai tanda kepedulian anak ini terhadap kebersihan lingkungan.
Menanggapi cuitan ini, warganet berharap agar orang tua tidak menghalangi apapun minat dan hobi sang anak. Salah satu warganet juga memiliki pengalaman yang sama ketika ia hobi membuat desain baju Barbie.
Mereka meminta agar ibu T diberi pengertian bahwa hobi seperti ini sifatnya genderless dan sudah banyak artis laki-laki yang menghasilkan karya seni rajutan.
Pilihan mainan anak lelaki dan perempuan
Psikolog Saskhya Aulia Prima mengatakan pilihan mainan tidak berhubungan dengan orientasi jenis kelamin dan seksual. Ia mencontohkan seorang anak lelaki ikut bermain boneka lalu berperan sebagai ayah atau guru sebenarnya itu menstimuli kemampuan interaksi sosial. Jadi, kata dia, saat anak laki-laki bermain itu bukan berarti dia seperti perempuan.
Fokus orangtua seharusnya bukan pada bentuk aktivitas atau mainan. Orangtua, kata dia, harusnya melihat bagaimana itu bisa menstimuli interaksi sosial dan fokus pada tujuan aktivitas dan permainannya.
"Yang selalu aku tekanin tuh jangan fokus mainan ini buat gender, anak laki-laki atau perempuan. Tapi goal-nya apa, kita kasih mainan atau kegiatan itu. Ketika kita tahu kita jadi lebih mudah, skill-nya dari apa yang mau kita dekati baru kita kasih mainan apa," ujarnya
Sumber : Line Today
Izin ya admin..:)
BalasHapusMain dan Menangkan permainan bersama kami di ARENADOMINO 9 permainan poker online tanpa robot silahkan main dan buktikan sendiri jika kesulitan bisa
dibantu dalam pendaftaran silahkan langsung bergabung untuk info lebih jelas WA +855 96 4967353